Strategi Moneter Sangat Longgar
BoJ mengadopsi strategi moneter yang sangat longgar pada tahun 2013 untuk meningkatkan ekonomi dan meningkatkan inflasi. Ini melibatkan pelonggaran kuantitatif dan kualitatif, dengan langkah-langkah seperti suku bunga negatif dan kontrol imbal hasil obligasi pemerintah. Langkah-langkah stimulus BoJ menyebabkan Yen terdepresiasi terhadap mata uang lain, terutama dari 2022 hingga 2023, akibat perbedaan kebijakan dengan bank sentral lain. Pada tahun 2024, seiring perubahan kebijakan, Yen mengalami pemulihan sebagian. BoJ memutuskan untuk mencabut kebijakan ini karena meningkatnya inflasi yang dipicu oleh Yen yang lebih lemah dan harga energi global yang meningkat, dengan kenaikan gaji yang turut berkontribusi. Keputusan kebijakan bank sentral ini ditujukan untuk mengatasi tekanan inflasi yang ada. Penyesuaian potensial dalam pengurangan pembelian obligasi—dari ¥400 miliar ke ¥200 miliar per bulan mulai April 2026—secara efektif akan memperlambat pengunduran kepemilikan Bank dengan lebih terukur. Proposal ini mencerminkan kehati-hatian yang meningkat di dalam bank sentral, kemungkinan dipicu oleh keinginan untuk menjaga stabilitas pasar sambil tetap menjauh dari kebijakan yang sangat mendukung. Dengan USD/JPY naik 0,19% menjadi 144,38, telah terjadi reaksi pasar yang terukur. Tingkat pertukaran menjadi sangat sensitif terhadap petunjuk arah kebijakan moneter, baik dari Tokyo maupun tempat lain. Pedagang mata uang sering kali memberikan respon pertama dan paling jelas, tetapi bagi kita di bidang derivatif, pergerakan ini menandakan sesuatu yang lebih dalam: posisi sedang berubah, dan ini terjadi dengan harapan transisi kebijakan yang lebih panjang. Bank sentral tetap pada target inflasi yang sama sekitar 2%, tetapi metode untuk mencapai target tersebut tidak tetap. Sejak dimulainya pelonggaran besar-besaran pada tahun 2013, termasuk langkah-langkah tidak ortodoks seperti mempertahankan suku bunga negatif dan kontrol ketat terhadap imbal hasil obligasi, kita telah melihat eksperimen stimulus moneter selama satu dekade. Tindakan ini memiliki dampak yang tidak dapat disangkal: Yen anjlok, dan ini membawa peningkatan daya saing harga barang Jepang, tetapi juga biaya yang lebih tinggi untuk impor.Reaksi Pasar Terhadap Perubahan Kebijakan
Terutama antara 2022 dan 2023, terdapat jarak yang lebar dalam pendekatan antara bank sentral Jepang dan lainnya seperti Federal Reserve yang membuat Yen semakin lemah. Saat pasar menyesuaikan kembali pada tahun 2024, pergeseran reaksi mulai terjadi—meskipun pemulihan Yen terbatas dan tidak stabil. Kenaikan terbaru USD/JPY juga menunjukkan bahwa pasar mungkin sedang mengevaluasi kembali perbedaan suku bunga dan laju penyesuaian bank sentral lain dibandingkan dengan Tokyo. Lingkungan ini cenderung mengalami volatilitas ketika data atau panduan baru muncul, terutama saat angka penggajian atau indeks harga terlihat. Kembalinya inflasi bukan lagi sekedar konsep—ia telah terwujud, dan otoritas moneter sedang mengubah arah sesuai.Mulai trading sekarang — klik di sini untuk membuat akun live VT Markets Anda.