Pungutan Tarif
Menteri Keuangan AS akan mengumpulkan tarif 19% untuk semua barang yang diimpor. Tidak jelas apakah biaya tersebut akan dibebankan kepada importir, Indonesia, atau konsumen AS. Importir wajib membayar tarif ini untuk barang-barang Indonesia yang masuk ke AS. Untuk tahun 2024-2025, ekspor barang AS ke Indonesia diperkirakan mencapai $10,2 miliar, sementara impor dari Indonesia diharapkan mencapai $28,1 miliar. Ini menghasilkan neraca perdagangan bersih sebesar -$17,9 miliar, menunjukkan defisit perdagangan bagi AS. Kami percaya bahwa pedagang derivatif sebaiknya awalnya fokus pada pihak-pihak yang jelas diuntungkan dari perjanjian yang diumumkan oleh pemerintahan Trump ini. Ini termasuk meningkatkan investasi pada perusahaan seperti Boeing, yang mendapatkan kesepakatan besar, dan sektor industri serta pertanian Amerika yang lebih luas. Opsi beli pada perusahaan dirgantara (BA), ETF pertanian (DBA), dan produsen mobil besar (F, GM) dapat menawarkan peluang segera berdasarkan manfaat langsung yang dijelaskan.Dampak Pasar dan Prediksi
Sebaliknya, kita perlu mempertimbangkan dampak tarif baru pada barang-barang yang memasuki Amerika Serikat. Menurut Kantor Perwakilan Perdagangan AS, impor teratas dari Indonesia mencakup pakaian, alas kaki, karet, dan furnitur, yang totalnya lebih dari $11 miliar pada tahun 2022. Kami mengantisipasi tekanan pada margin perusahaan AS yang sangat bergantung pada barang-barang ini, sehingga strategi opsi jual patut dieksplorasi untuk perusahaan ritel dan manufaktur tertentu. Reaksi pasar dapat dipandu oleh preseden historis, khususnya konflik perdagangan AS-China yang dimulai pada tahun 2018. Selama periode tersebut, tarif menyebabkan volatilitas pasar yang signifikan, dan studi dari lembaga seperti National Bureau of Economic Research menyimpulkan bahwa importir dan konsumen AS menanggung sebagian besar biaya. Ini menunjukkan bahwa tarif 19% kemungkinan akan dialihkan kepada konsumen, yang dapat merugikan saham yang berhubungan dengan pengeluaran konsumen seiring dengan penghematan anggaran rumah tangga. Di pasar valuta asing, kesepakatan ini terlihat positif secara struktural untuk dolar AS terhadap Rupiah Indonesia. Dengan ekspor Indonesia ke AS sekarang menjadi lebih mahal dan pasar terbuka untuk barang-barang Amerika, kami memperkirakan penguatan pasangan USD/IDR. Pedagang dapat mempertimbangkan posisi beli dalam futures USD/IDR untuk memanfaatkan perubahan yang diharapkan dalam aliran perdagangan. Ketentuan terhadap pengiriman ulang dan perpanjangan moratorium pajak internet merupakan keuntungan signifikan bagi sektor teknologi. Perusahaan dengan rantai pasokan global yang kompleks dan penyedia layanan digital akan melihat risiko yang lebih rendah dan akses pasar yang lebih baik, yang mungkin telah menjadi titik perhatian. Ini memperkuat pandangan positif tentang ETF teknologi seperti XLK, karena kesepakatan ini menghapus hambatan regulasi di luar negeri tertentu.Mulai trading sekarang — klik di sini untuk membuat akun live VT Markets Anda.