Dolar AS dan Dinamika Pasar Mata Uang
Dolar AS mengalami penurunan saat para pedagang mengantisipasi pemotongan suku bunga Federal Reserve sebesar 25 basis poin, menyusul kekhawatiran mengenai kondisi pasar tenaga kerja dan pertumbuhan inflasi yang moderat. Indeks Dolar saat ini diperdagangkan 0.15% lebih rendah di sekitar 98.60, dengan laporan CPI AS menunjukkan peningkatan inflasi yang lambat. Negosiasi antara AS dan India telah berkembang, yang mungkin segera memperkuat Rupee India. Sementara itu, diskusi perdagangan mendatang antara AS dan China dapat memengaruhi dinamika pasar lebih lanjut. Secara teknis, pasangan USD/INR mereda ke sekitar 88.40, dengan 87.07 sebagai level support kunci dan 89.12 sebagai resistance. Pertumbuhan ekonomi India sebesar 6.13% sejak 2006 memengaruhi Rupee, yang juga dipengaruhi oleh harga minyak, inflasi, dan permintaan Dolar AS yang musiman. Rupee India saat ini berada di antara dua kekuatan besar, stabil di sekitar 88.40 terhadap Dolar AS. Di satu sisi, ekspektasi kuat mengenai pemotongan suku bunga Federal Reserve pada Rabu ini melemahkan Dolar. Di sisi lain, naiknya harga minyak dan rendahnya arus investasi menekan Rupee. Dalam konteks ini, para pedagang harus bersiap menghadapi lonjakan volatilitas daripada bertaruh pada satu arah dalam beberapa hari mendatang. Pengumuman Fed mendatang adalah acara utama, dan kejutan dalam panduan ke depan dapat menyebabkan pergerakan tajam pada pasangan USD/INR. Strategi opsi seperti long straddle bisa efektif, karena dapat meraup keuntungan dari pergerakan harga yang besar tanpa memedulikan arah.Aktivitas Investor Asing dan Dampaknya terhadap Rupee
Aktivitas Investasi Institusi Asing (FII) telah cukup sepi, yang menjadi perhatian utama bagi kekuatan Rupee. Data terbaru dari National Securities Depository Limited (NSDL) menunjukkan arus keluar FII bersih sekitar $1.2 miliar dalam tiga minggu pertama bulan Oktober 2025. Ini merupakan pembalikan tajam dari hampir $4 miliar arus masuk bersih yang terlihat pada kuartal kedua, menunjukkan sikap hati-hati dari para investor luar negeri. Naiknya harga minyak terus menjadi rintangan bagi Rupee, karena India sangat bergantung pada impor energi. Dengan harga minyak WTI sekitar $61.50, tekanan terhadap tagihan impor India semakin meningkat, hal yang juga terlihat di masa lalu ketika harga minyak meningkat pasca peristiwa geopolitik 2022. Petroleum Planning and Analysis Cell (PPAC) India baru-baru ini melaporkan bahwa tagihan impor minyak mentah negara itu untuk kuartal terakhir meningkat 8% dibandingkan tahun lalu, yang secara langsung memengaruhi permintaan terhadap Dolar AS. Pasar hampir sepenuhnya memperhitungkan keputusan Fed mendatang, dengan CME FedWatch Tool kini menunjukkan probabilitas 92% untuk pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Rabu ini. Oleh karena itu, pemotongan suku bunga itu sendiri mungkin tidak banyak memengaruhi pasar. Elemen penting bagi para pedagang akan menjadi komentar Fed mengenai kebijakan mendatang, karena adanya petunjuk pemotongan lebih lanjut pada bulan Desember kemungkinan besar akan mengirim Dolar turun.Mulai trading sekarang — klik di sini untuk membuat akun live VT Markets Anda.