Rupiah India Menguat Saat Dolar AS Melemah, Menarik Penjual dalam Prosesnya

    by VT Markets
    /
    May 23, 2025
    Rupiah India (INR) mengalami kenaikan, sebagian disebabkan oleh melemahnya Dolar AS dan rencana kesepakatan perdagangan antara AS dan India. Namun, harga minyak mentah yang tinggi dan potensi aliran keluar investasi asing dari saham menjadi tantangan bagi mata uang ini. Inflasi konsumen di India turun ke level terendah dalam enam tahun, memicu harapan bahwa Bank Sentral India dapat memperpanjang pemotongan suku bunga. Pelaku pasar fokus pada komentar yang akan datang dari pejabat Federal Reserve. Indeks Manajer Pembelian Manufaktur (PMI) India meningkat menjadi 58,3 pada bulan Mei, melebihi ekspektasi. Services PMI juga meningkat, membawa nilai Composite PMI yang lebih tinggi, mencerminkan aktivitas ekonomi yang kuat. India dan AS diperkirakan akan menyelesaikan fase awal kesepakatan perdagangan mereka pada bulan Juli. Di AS, Composite PMI dan Manufacturing PMI menunjukkan perbaikan, sementara klaim pengangguran menurun, tetap di bawah ekspektasi pasar. Pasangan USD/INR tetap di atas Rata-Rata Bergerak Eksponensial 100 hari. Jika momentum berlanjut, target kenaikan dapat mencapai 86,61, sedangkan target penurunan termasuk 85,35 dan mungkin 84,15. Kinerja Rupiah dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti Dolar AS dan harga minyak. Bank Sentral India berusaha mempertahankan stabilitas nilai tukar dan target inflasi dengan menyesuaikan suku bunga. Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan daya tarik Rupiah dengan menarik modal asing, sementara dinamika makroekonomi, seperti pertumbuhan PDB dan neraca perdagangan, juga memengaruhi nilainya. Tren inflasi berdampak pada mata uang, memengaruhi perdagangan internasional dan aliran investasi. Poin-poin penting dari analisis ini adalah sebagai berikut: – Meskipun Rupiah India sedikit menguat, tantangan tetap ada dari harga minyak yang tinggi dan kemungkinan keluarnya modal dari pasar saham. – Inflasi konsumen yang menurun mengindikasikan bahwa Bank Sentral dapat mempertahankan kebijakan akomodatif yang berdampak pada biaya memegang aset domestik. – Output manufaktur menunjukkan ketahanan yang tidak terduga, dengan PMI yang mencerminkan sentimen bisnis dan kekuatan produksi. – Data makro dari AS menunjukkan ekonomi domestik yang kuat, meskipun ada potensi tantangan bagi Rupiah jika suku bunga tetap tinggi di AS. Dari perspektif teknis, pasangan USD/INR yang bertahan di atas EMA 100 hari menunjukkan bahwa momentum penurunan belum sepenuhnya muncul kembali. Risiko kenaikan tetap ada menuju wilayah 86,61, jika ketahanan Dolar muncul lebih lanjut. Di sisi lain, jika tekanan penguatan pada Rupiah berlanjut, penurunan menuju ambang 85,35 menjadi mungkin. Namun, harus berhati-hati: jika suku bunga berubah lebih dari yang diharapkan, angka 84,15 masih mungkin terjadi. Saat kita melihat semua data ini, penting untuk diingat bahwa Bank Sentral memiliki dua tujuan: mengendalikan inflasi dan memastikan stabilitas mata uang. Keputusan mereka tentang suku bunga bertindak tidak hanya sebagai alat untuk mengelola inflasi tetapi juga sebagai penggerak untuk mempertahankan kepercayaan nilai tukar.

    Mulai trading sekarang — klik di sini untuk membuat akun live VT Markets Anda.

    see more

    Back To Top
    Chatbots