Dampak Terhadap Inflasi dan Perdagangan
Harga minyak yang lebih rendah membantu mengurangi inflasi dan defisit neraca berjalan di India. Pengumuman gencatan senjata telah mendorong pasar saham India, dengan Nifty50 dan Sensex30 mengalami lonjakan tajam, meskipun keduanya kehilangan setengah dari keuntungan mereka pada saat penutupan. Penjualan besar-besaran di saham India mengikuti ancaman Iran untuk menutup Selat Hormuz. Investor Institusi Asing membeli saham India senilai Rs. 5,591.77 pada hari Senin. Tabel menunjukkan perubahan persentase mata uang, dengan Rupiah menjadi yang terkuat terhadap Dolar Kanada. Penurunan pasangan USD/INR didorong oleh lemahnya Dolar AS di tengah perubahan sikap kebijakan moneter Federal Reserve. Pejabat Fed telah menyatakan keprihatinan mengenai pasar tenaga kerja, menunjukkan kemungkinan pemotongan suku bunga. Michelle Bowman dan Christopher Waller dari Fed mendukung pemotongan suku bunga untuk menangani risiko pekerjaan.Analisis Teknikal dan Sentimen Pasar
Pasangan USD/INR menyentuh Rata-rata Bergerak Eksponensial 20-hari sekitar 86.10, dengan Indeks Kekuatan Relatif menunjukkan pembalikan bearish. Level dukungan dan resistensi penting berada di 85.70 dan 86.93, masing-masing. Indeks Harga PCE AS, ukuran inflasi penting, akan dirilis pada 27 Juni 2025, dengan konsensus sebesar 2.6%, naik dari sebelumnya 2.5%. Data ini, yang digunakan oleh Fed, dapat mempengaruhi kekuatan Dolar AS dan arah kebijakan moneter. Dengan rupiah India yang menguat, terutama mendekati angka 86.10 selama sesi Eropa, terlihat jelas bahwa kondisi makroekonomi yang mendukung sedang terbentuk. Lonjakan ini terjadi bersamaan dengan penurunan Dolar AS, terutama saat harga minyak mentah merosot—hasil yang dipicu oleh perkembangan geopolitik terbaru, terutama setelah pengumuman gencatan senjata antara Israel dan Iran seperti yang disampaikan oleh Trump. Pendekatan ini menunjukkan bahwa situasi tersebut sangat menguntungkan bagi India. Harga minyak Brent dan NYMEX telah turun lebih dari 15% sejak menyentuh puncak terbaru, meredakan salah satu tekanan finansial eksternal terbesar yang biasanya dihadapi India. Untuk ekonomi yang menghabiskan banyak untuk impor minyak, ini juga mengurangi harga di tingkat konsumen dan grosir, yang pada gilirannya mengurangi beban inflasi bank sentral. Energi yang lebih murah secara alami mengurangi celah perdagangan dan mendukung posisi relatif rupiah. Pasar saham merespons dengan cepat terhadap dampak ganda dari penurunan harga minyak dan ketenangan geopolitik. Kedua indeks utama—Nifty50 dan Sensex30—melejit di awal perdagangan, walaupun keuntungan hanya sebagian yang dipertahankan pada penutupan. Penurunan ini mengikuti ketegangan yang meningkat akibat peringatan dari Iran mengenai Selat Hormuz. Yang patut ditekankan di sini adalah minat konsisten dari dana asing. Menurut data terbaru, aliran institusi asing tetap menjadi pembeli bersih, dengan jumlah hampir Rs. 5,600 crore. Tingkat aliran tersebut, di hari yang bergejolak, menyampaikan kepercayaan yang mendasari. Pembacaan teknis mendukung momentum rupiah saat ini. Pasangan USD/INR tidak hanya turun menuju EMA 20-hari di 86.10, tetapi Indeks Kekuatan Relatif juga mencerminkan tekanan bullish yang melemah pada dolar. Perhatian harus beralih ke titik dukungan potensial berikutnya di 85.70—jika rupiah terus menguat—dan resistensi mendekati 86.93, yang dapat mengundang tekanan jual atau setidaknya konsolidasi sementara.Mulai trading sekarang — klik di sini untuk membuat akun live VT Markets Anda.